Apa yang akan kita rasakan ketika sedang dalam pelayaran dilautan, lalu tiba-tiba ada ombak tinggi menerjang, angin yang berhembus kencang, badai yang menghitam kelam menghadang. Tentu fikiran kita terhadap kematian akan memenuhi setiap relung diri, seolah membasmi segala ketenangan hidup.
Apakah kita akan teringat kepada harta yang kita bawa? lalu memohon pertolongan kepada nahkoda? Tidak, semuanya hilang. Kita hanya akan mendongak kelangit dengan rasa takut dan harap sembari berkata ” Yaa Allah”
Ketika dalam perjalanan udara, lalu tiba-tiba pilot mengabarkan bahwa mesin pesawat telah berhenti dan tidak bekerja lagi, keadaan menjadi darurat, kita akan lupa kemana sebenarnya kita hendak menuju, pertemuan penting apa yang akan kita hadiri, semuanya menghilang dan tak terfikirkan. Yang kita ingat hanya satu, pertolongan dari Dia yang menguasai langit dan bumi, dengan segala takut dan harap, kita bergumam “Yaa Allah.. “
Dan ketika tubuh terbujur sakit, kemudian menjalani berbagai perawatan, lalu mendadak nafas tersedak terasa semakin sesak, dan denyut jantung hilang satu detak, saat itu kita akan lupa siapa perawatnya, siapa dokter yang menanganinya, lalu memejamkan mata dengan penuh takut dan harap ” Yaa Allah…”
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman
ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﺃَﻧْﺘُﻢُ ﺍﻟْﻔُﻘَﺮَﺍﺀُ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺍﻟﻠَّﻪُ ﻫُﻮَ ﺍﻟْﻐَﻨِﻲُّ ﺍﻟْﺤَﻤِﻴﺪُ
“Hai manusia, kamulah yang sangat butuh kepada Allah; dan Allah Dialah yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.” (QS. Fathir: 15)
Sungguh pada setiap ketakutan, pengharapan, kita akan kembali kepada Zat yang Maha segalanya, Dialah Asshomad, tempat kita bergantung, mengadu segala ketakutan, dan memanjatkan segala harap. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۚ وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الْأُمُورُ
“Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi; dan hanya kepada Allah dikembalikan segala urusan.” (Al-Imran: 109)
Semua yang ada didunia adalah milik Allah, maka adakah zat yang berhak untuk bergantung kepadanya selain Allah? tentu tidak.
Kita memang boleh jadi sehari-hari membaca surat Al-Ikhkas, membacanya dalam shalat, baik shalat fardu maupun nafilah, setiap selesai shalat, juga tak luput lisan kita membacanya diwaktu zikir pagi dan petang. Namun, pernahkah kita menkajinya lebih dalam? Mentadabburinya? Bahkan satu dari sifat-Nya tidak akan cukup dituliskan oleh semesta.